Sabtu, 20 Maret 2010

Penalaran Deduktif dan Induktif

Penalaran merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya dalam menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukakannya kepada orang lain.

Ada dua macam pola penalaran, yaitu:
1. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau individual.
Penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.

Contoh klasik dari penalaran deduktif:
  • Semua manusia pasti mati (premis mayor)
  • Sokrates adalah manusia. (premis minor)
  • Sokrates pasti mati. (kesimpulan)
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif.

2. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.

Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:
Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
untuk membedakan preposisi umum seperti:
Semua es dingin.
Semua bola biliar bergerak ketika didorong tongkat.
Induksi kuat:
Semua burung gagak yang kulihat berwarna hitam.
Induksi lemah:
Aku selalu menggantung gambar dengan paku.
Banyak denda mengebut diberikan pada remaja.
Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Perbedaan dari penalaran deduktif dan induktif adalah, penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.




Readmore »

Penalaran

Ada tiga bentuk pemikiran, yakni pengertian (konsep), pernyataan (proposisi), dan penalaran (reasoning).

1. Pengertian (konsep)
Pengertian adalah sesuatu yang abstak dimana terbentuk bersamaan dengan observasi empiris. Ketika kita melihat gunung, langit, dan pohon maka akan terbentuk pengertian tersebut dalam pikiran. Jadi, aktivitas pikiran terjadi bersamaan dengan aktivitas indera.
Pengertian juga disampaikan dalam bentuk lambang, yaitu bahasa. Dalam bahasa lambang pengertian adalah term.
Pengertian tidak dapat berdiri sendiri karena harus didukung oleh rangkaian-rangkaian pengertian dan rangkaian pengertian tersebutlah yang disebut dengan pernyataan atau proposisi.

2. Pernyataan (proposisi)
Proposisi adalah suatu pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh dan utuh. Proposisi juga dapat dikatakan sebagai kalimat, sehingga proposisi terdapat dalam tiga unsur yaitu subyek, predikat, dan kata penghubung. Dimana predikat merupakan pengertian yang menerangkan, subyek adalah pengertian yang diterangkan, dan kata penghubung (kopula) mengakui atau memungkiri hubungan antara subyek dan predikat.

Proposisi dibagi menjadi dua yaitu,
a. Proposisi empiric atau proposisi dasar,
Proposisi empirik (empirical proposition) sering dianggap sama dengan proposisi a posteriori (a posteriori proposition). Propsisi empirik adalah proposisi yang didasarkan pada pengamatan dan pengalaman.
Contoh proposisi empiric nya:
Anjing hitam itu besar
Anjing itu hitam
Anjing hitam itu lucu
Laut berwarna biru

b. Proposisi mutlak (necessary proposition) 
Proposisi mutlak adalah proposisi yang jelas dengan sendirinya (self-evident) sehingga tidak perlu dibuktiin secara empiris.
Contoh proposisi mutlak:
Janda adalah wanita yang pernah kawin
Dudah adalah pra yang pernah kawin
Segala sesuatu mempunyai sebab
Bagian lebih kecil dari yang dibagi
Dua garis sejajar tidak pernah bertemu

Berdasarkan hubungan subyek dan predikat, proposisi dibedakan atas proposisi hipotetik dan proposisi kategorik. Pada proposisi hipotetik, hubungan predikat dan subyek bergantung pada syarat. Pada proposisi hipotetik, hubungan predikat dan subyek bergantung pada syarat. Pada proposisi kategorik, hubungan predikat dan subyek tidak bersyarat.

3. Penalaran (proposisi)
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Secara sederhana penalaran dapat didefinisikan sebagai proses pengambilang kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya. Contoh:
Kertas 1 dibakar dan akan menjadi abu
Kertas 2 dibakar dan akan menjadi abu
Kertas 3 dibakar dan akan menjadi abu
dan seterusnya
Sehingga didapat kesimpulan: semua kertas yang dibakar akan menjadi abu

Konklusi dan Premis
Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa penalaran ialah gerak pikiran dari proposisi1 dan seterusnya, hingga proposisi terakhir yang merupakan sebuah kesimpulan. Jadi, penalaran merupakan proses pikiran. Sebuah penalaran terdiri dari premis (antesedens) dan hasil kesimpulan disebut dengan konklusi (consequence).

Premis adalah apa yg dianggap benar sebagai landasan kesimpulan kemudian, dasar pemikiran, alasan, asumsi, kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan didalam logika yang berisi term yang menjadi predikat kesimpulan. Premis dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Dimana premis minor adalah premis yang berisi term yg menjadi predikat kesimpulan, sedangkan premis minor adalah premis yang berisi term yang akan menjadi subjek sebuah kesimpulan. Sehingga akan menjadi sebuah silogisme dua premis (mayor dan minor) yang mewujudkan anteseden. 


Readmore »